Rabu, 20 Februari 2013

Benarkah Indonesia Bagian Dari Atlantis?

,
Membicarakan Atlantis tidak dapat dipisahkan dari Plato karena filsuf inilah yang pertama kali mengangkat legenda Atlantis. Akan tetapi, mengingat pepatah Amicus Plato, sed magis amica veritas: saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran. Maka, apakah Atlantis adalah bagian dari kekhilafan sang filsuf? Ataukah kali ini adalah benar adanya?
Atlantis yang diceritakan turun temurun selalu berkisah tentang orang-orang Athelan yang berperadapan tinggi dan maju. Mereka membangun imperium yang kokoh dengan kota-kota beratap dan berdindingkan emas. Namun, peradaban yang memukau itu lenyap dalam semalam. Daratan luas yang menyangga kehidupan amblas terkepung air karena gempa, ledakan, dan tsunami. Cerita semacam ini hamper pasti diamini setiap orang. Di berbagai belahan dunia, hampir di setiap kebudayaaan memiliki legenda yang hilang. Sekarang, bukan esensi cerita yang kerap diperdebatkan, melainkan eksistensi cerita. Para arkeolog, sejarawan, geolog, danoseanografer berlomba-lomba membuktikan bahwa Atlantis bukan sekedar pengantar tidur, melainkan bagian dari tonggak nyata seejarah manusia.
“Atlantis, sepertinya tetap merupakan bagian dari kebudayaan kita, terserah kita percaya atau tidak,” tulis Charles Berlitz dalam bukunya, The Mysteri Of Atlantis yang terbit pada 1976. “ia menginspirasi karya klasik, mempengaruhi sejarah, bahkan menyumbang bagi penemuan dunia baru. “memang, jika Atlantis hanya dongeng, maka ini adalah dongeng terbesar yang dimiliki umat manusia. Lebih dari 5000 buku didedikasikan khusus untuk membahas benua yang malang itu.
Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit, Atala yang berarti surge. Sementara menurut Plato Atlantis adalah negeri dua pilar atau tiang. Pada Timaeus Plato menulis, “Pada waktu itu, Samudra Atlantis dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Hercules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia danpilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pilau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau akan sampai ke benua yang menjadi pembatas laut Atlantis . laut yang ada di dalam pilar-pilar Hercules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun, laut yang luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini ada pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya.” Pilar-pilar Hercules ini adalah tenggelamnya Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun silam.
Myths of the Antediluvian Word, sebuah buku yang ditulis Ignatius Donnelly menjadi pematik semangat para penggemar Atlantis untuk mencari tanah pujaanya yang hilang. Buku yang terbit pada 1882 itu antara lain merujuk pada sebab-sebab alamiah untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan banjir besar yang menengelamkan Atlantis. Selain itu, Donnelly juga mencoba menganalisis mengapa bentuk piramida dipakai oleh bangsa Mesir Kuno dan bangsa-bangsa Mesoamerika (Aztec, Inca, Maya, dan Toltec) mempunyai banyak kesamaan, pun dengan bentuk budaya tulis hieroglif. Padahal, mereka dipisahkan oleh letak geografis yang sangat jauh. Kata Donnelly, kesamaan ini pastilah disebabkan nenek moyang mereka berasal dari satu sumber. Bangsa Atlantis yang selamat dari bencana dahsyat kemudian menyebar di berbagai tempat dan mengembangkan peradaban yang hampir sama denganapa yang mereka bangun dahulu.
Pendapat Donnelly semacam mendapatkan dukungan dari mitos-mitos yang mereka miliki. Bangsa Mesir Kuno mempunyai kepercayaan bahwa sebuah tempat di tengah-tengah samudra jauh di barat sebagai tempat ‘kediamna para jiwa’ Bangsa Mesir Kuno menyebut tempat itu Arau, Alau,atau Amerti. Di pihak lain, bangsa-bangsa Mesoamerika mempunyai legenda yang menceritakan nenek moyang mereka adalah manusia super yang dating dari timur.
Lalu bagaimana dengan hieroglif?
“Jika bisa membaca hieroglif  Mesir Kuno, apakah anda bisa serta merta membaca hieroglif Maya? Jawabannya tidak. Dua tulisan itu sama sekali tak punya symbol dan teknik yang sama,” kata Ken Feder.
Suatu hari pada tahun 1968. Dr. Manson Valentine menjerit kaget ketika menyelam di sekitar kepulauan Bimini. Dia bersama beberapa penyelam menemukan kontur jalan besar yang tersusun atas batu-batu raksasa. Dilautan yang tenang dan bening, jalan raksasa itu dapat dilihat dengan jelas. Memang, besar kecilnya batu danketebalannya tidak sama, tetapi penyusunannya sangant rapi. Orang akan berfikir dua kali jika itu hanya fenomena alam saja.
Taukah anda perkembangan Atlantis saat ini? Dikatakan benua yang hilang itu tidak keseluruhan tenggelam, tetapi menyisakan sedikit daratan. Daratan yang tersisa itu disinyalir sekarang bernama Indonesia.
Aryos Santos, ilmuwan Brasil melakukan penelitian selama 30 tahun yang dituangkannya buku Atlantis The Lost Continent finally Found, The Definitifve of Plato’s Lost Civilization. Secara mengejutkan dia menampilkan 33 perbandingan seperti luas wilayah , cuaca , kekayaan alam , gunung berapi  , cara bertani ,dan lain-lain. Santos sempai pada kesimpulan Atlantis meruoakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Jawa , Kalimantan, terus kea rah timur. Salah satu bukti Indonesia merupakan bagian Atlantis adalah system terasiasi sawah yang khas Indonesia adalah bentuk yang diadaptasi oleh Candi Borobudur dan Piramida.
Atlantis tenggelam karena lutusan serangkaian gunung berapi yang mengakibatkan mencairnya lapisan es dunia. (Atlantis diperkirakan berkembang pada era Pleistocene, yaitu masa ketika Bumi masih banyak diliputi lapisan-lapisan es). Melihat rangkaian gunung berapi Indonesia, di antaranya Kerinci, Talang, Krakatau, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, semeru, bromo, Agung, dan Rinjani. Kemingkinan itulah jejak dari tannah Atlantis. Jika gunung-gunung itu meletus secara bersamaan (juga yang di luar Indonesia) maka dipastiakan aka nada perubahan peta dunia, mungkin berupa tenggelamnya daratan atau munculnya daratan baru.
Ada pendapat lain yang menyatakan kebenaran Atlantis adalah sunda land atau Sumatra Terra Land. Wilayah itu kini adalah Sumatra, jawa, Kalimantan,. Sekitar 11.600 tahun silam, pulau-pulau tersebut masih menyatu. Daratan ini berlahan-lahan tenggelam dan terpisah seiring dengan berakhirnya zaman es.
Namun, jika lokasi Atlantis ternyata di Indonesia bukan tidak mungkin nenek moyang indonesialah keturunan langsung dari bangsa Atlantis. Pada buku Oppenheimer dengan percaya diri menyatakan bahwa Sundaland adalah “The Lost Atlantis”. Bangsa-bangsa Eurasia adalah keturunan dari penduduk sundaland yang bermigrasi karena banjir yang menenggelamkan tanah mereka. Hipotesis ini dibangun berdasarkan penelitian atas geologi, arkeologi, denetika, linguistic, dan Folklor.
Buku lain yang  ditulis oleh Oppenheimer berjudul Out Of Eden: the Peopling of the Word (2004). Buku ini mengangkat topik sejarah persebaran dan penghunian semua daratan di Bumi oleh manusia modern berdasarkan analisis DNA pada semua bangsa.

0 komentar to “Benarkah Indonesia Bagian Dari Atlantis?”

Posting Komentar