Rabu, 27 Februari 2013

Sebab-sebab Mutu Pendidikan Di Indonesia Merosot

,

                                                     
1.       Pembelajaran hanya pada buku paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak, karena pembelajaran di sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber referensi lain.

2.       Mengajar Satu Arah
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit. Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?

3.       Kurangnya Sarana Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal jauh dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.

4.       Aturan yang Mengikat
Ini tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah seharusnya memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.

5.       Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

6.       Metode Pertanyaan Terbuka Tidak Dipakai 
Contoh negara yang menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia. Dalam setiap ujian, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.

7.       Budaya Mencontek
Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau "guru juga menyontek" ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.
                                                                                                                          
Read more →

Senin, 25 Februari 2013

Tipe Pemimpin

,


1.Pemimpin Otokratis, yaitu peminpin yang mengangap bahwa jabatan pemimpin adalah haknya.

     Ciri-Ciri pemimpin yang bersifat otokratis :

-          Mengangap bahwa organisasi milik pribadi.

-          Tujuan organisasi adalah tujuan pribadi.

-          Mengangap bawahan hanyalah alat.

-          Tidak menerima kritik dari orang lain.

-          Kebenarannya adalah kebenaran mutlak.

-          Dalam menggerakkan organisasi selalu menggunakan approach (berupa ancaman langsung/tidak langsung).
    Efek Samping : Hak asasi manusia tidak pernah di hargai.


2.Pemimpin Militeristik, yaitu gaya kepemimpinan yang menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

     Ciri-ciri pemimpin yang bersifat militeris :

-          Disiplin tinggi, cenderung berlebihan.

-          Menggunakan sistem komando dalam perintah.

-          Tidak menerima kritik.

-          Senang menggunakan kepangkatan.

-          Senang melakukan upacara.
     Efek samping :
-          Bawahan tidak akan melakukan sesuatu tanpa perintah atasan.

-          Atasan menjadi puncak kesalahan bawahan.



3.Pemimpin Paternalistis, yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat kebapak-bapakan.

     Ciri-ciri pemimpin yang bersifat Paternalistis.

-          Mengangap bawahan selalu jadi anak-anak.

-          Tidak memberi kesempatan bawahan untuk berinisiatif.

-          Dalam memberikan wewenang hanya setengah hati.

-          Terlalu melindungi bawahan.

-          Seperti orang yang maha tau.
     Efek samping :
-          Daya kreasi bawahan terbelenggu.

-          Organisasi tidak pernah mengalami perkembangan.



4.Pemimpin kharismatik, yaitu tipe peminpin yang paling tidak jelas.

5.Pemimpin Demokrasi, yaitu pemimpin yang mengutamakan kepentigan umum daripada kepentingan pribadi.

     Ciri-ciri pemimpin yang bertipe Demokrasi :

-          Menganggap manusia sebagai makhluk yang mulia dan dimulyakan.

-          Memberikan penghargaan terhadap pendapat dari orang lain.

-          Sangat senang jika ada orang yang mengkritik.

-          Mengutamakan mukalaf semua elemen.

-          Memberikan penghargaan atas siapapun yang berjasa.

-          Mengeimbangkan hak dan kewajiban.
     Efek samping : TIDAK ADA EFEK SAMPING BAGI PEMIMPIN YANG BERTIPE DEMOKRASI.
Read more →

Rabu, 20 Februari 2013

Benarkah Indonesia Bagian Dari Atlantis?

,
Membicarakan Atlantis tidak dapat dipisahkan dari Plato karena filsuf inilah yang pertama kali mengangkat legenda Atlantis. Akan tetapi, mengingat pepatah Amicus Plato, sed magis amica veritas: saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran. Maka, apakah Atlantis adalah bagian dari kekhilafan sang filsuf? Ataukah kali ini adalah benar adanya?
Atlantis yang diceritakan turun temurun selalu berkisah tentang orang-orang Athelan yang berperadapan tinggi dan maju. Mereka membangun imperium yang kokoh dengan kota-kota beratap dan berdindingkan emas. Namun, peradaban yang memukau itu lenyap dalam semalam. Daratan luas yang menyangga kehidupan amblas terkepung air karena gempa, ledakan, dan tsunami. Cerita semacam ini hamper pasti diamini setiap orang. Di berbagai belahan dunia, hampir di setiap kebudayaaan memiliki legenda yang hilang. Sekarang, bukan esensi cerita yang kerap diperdebatkan, melainkan eksistensi cerita. Para arkeolog, sejarawan, geolog, danoseanografer berlomba-lomba membuktikan bahwa Atlantis bukan sekedar pengantar tidur, melainkan bagian dari tonggak nyata seejarah manusia.
“Atlantis, sepertinya tetap merupakan bagian dari kebudayaan kita, terserah kita percaya atau tidak,” tulis Charles Berlitz dalam bukunya, The Mysteri Of Atlantis yang terbit pada 1976. “ia menginspirasi karya klasik, mempengaruhi sejarah, bahkan menyumbang bagi penemuan dunia baru. “memang, jika Atlantis hanya dongeng, maka ini adalah dongeng terbesar yang dimiliki umat manusia. Lebih dari 5000 buku didedikasikan khusus untuk membahas benua yang malang itu.
Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit, Atala yang berarti surge. Sementara menurut Plato Atlantis adalah negeri dua pilar atau tiang. Pada Timaeus Plato menulis, “Pada waktu itu, Samudra Atlantis dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Hercules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia danpilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pilau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau akan sampai ke benua yang menjadi pembatas laut Atlantis . laut yang ada di dalam pilar-pilar Hercules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun, laut yang luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini ada pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya.” Pilar-pilar Hercules ini adalah tenggelamnya Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun silam.
Myths of the Antediluvian Word, sebuah buku yang ditulis Ignatius Donnelly menjadi pematik semangat para penggemar Atlantis untuk mencari tanah pujaanya yang hilang. Buku yang terbit pada 1882 itu antara lain merujuk pada sebab-sebab alamiah untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan banjir besar yang menengelamkan Atlantis. Selain itu, Donnelly juga mencoba menganalisis mengapa bentuk piramida dipakai oleh bangsa Mesir Kuno dan bangsa-bangsa Mesoamerika (Aztec, Inca, Maya, dan Toltec) mempunyai banyak kesamaan, pun dengan bentuk budaya tulis hieroglif. Padahal, mereka dipisahkan oleh letak geografis yang sangat jauh. Kata Donnelly, kesamaan ini pastilah disebabkan nenek moyang mereka berasal dari satu sumber. Bangsa Atlantis yang selamat dari bencana dahsyat kemudian menyebar di berbagai tempat dan mengembangkan peradaban yang hampir sama denganapa yang mereka bangun dahulu.
Pendapat Donnelly semacam mendapatkan dukungan dari mitos-mitos yang mereka miliki. Bangsa Mesir Kuno mempunyai kepercayaan bahwa sebuah tempat di tengah-tengah samudra jauh di barat sebagai tempat ‘kediamna para jiwa’ Bangsa Mesir Kuno menyebut tempat itu Arau, Alau,atau Amerti. Di pihak lain, bangsa-bangsa Mesoamerika mempunyai legenda yang menceritakan nenek moyang mereka adalah manusia super yang dating dari timur.
Lalu bagaimana dengan hieroglif?
“Jika bisa membaca hieroglif  Mesir Kuno, apakah anda bisa serta merta membaca hieroglif Maya? Jawabannya tidak. Dua tulisan itu sama sekali tak punya symbol dan teknik yang sama,” kata Ken Feder.
Suatu hari pada tahun 1968. Dr. Manson Valentine menjerit kaget ketika menyelam di sekitar kepulauan Bimini. Dia bersama beberapa penyelam menemukan kontur jalan besar yang tersusun atas batu-batu raksasa. Dilautan yang tenang dan bening, jalan raksasa itu dapat dilihat dengan jelas. Memang, besar kecilnya batu danketebalannya tidak sama, tetapi penyusunannya sangant rapi. Orang akan berfikir dua kali jika itu hanya fenomena alam saja.
Taukah anda perkembangan Atlantis saat ini? Dikatakan benua yang hilang itu tidak keseluruhan tenggelam, tetapi menyisakan sedikit daratan. Daratan yang tersisa itu disinyalir sekarang bernama Indonesia.
Aryos Santos, ilmuwan Brasil melakukan penelitian selama 30 tahun yang dituangkannya buku Atlantis The Lost Continent finally Found, The Definitifve of Plato’s Lost Civilization. Secara mengejutkan dia menampilkan 33 perbandingan seperti luas wilayah , cuaca , kekayaan alam , gunung berapi  , cara bertani ,dan lain-lain. Santos sempai pada kesimpulan Atlantis meruoakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Jawa , Kalimantan, terus kea rah timur. Salah satu bukti Indonesia merupakan bagian Atlantis adalah system terasiasi sawah yang khas Indonesia adalah bentuk yang diadaptasi oleh Candi Borobudur dan Piramida.
Atlantis tenggelam karena lutusan serangkaian gunung berapi yang mengakibatkan mencairnya lapisan es dunia. (Atlantis diperkirakan berkembang pada era Pleistocene, yaitu masa ketika Bumi masih banyak diliputi lapisan-lapisan es). Melihat rangkaian gunung berapi Indonesia, di antaranya Kerinci, Talang, Krakatau, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, semeru, bromo, Agung, dan Rinjani. Kemingkinan itulah jejak dari tannah Atlantis. Jika gunung-gunung itu meletus secara bersamaan (juga yang di luar Indonesia) maka dipastiakan aka nada perubahan peta dunia, mungkin berupa tenggelamnya daratan atau munculnya daratan baru.
Ada pendapat lain yang menyatakan kebenaran Atlantis adalah sunda land atau Sumatra Terra Land. Wilayah itu kini adalah Sumatra, jawa, Kalimantan,. Sekitar 11.600 tahun silam, pulau-pulau tersebut masih menyatu. Daratan ini berlahan-lahan tenggelam dan terpisah seiring dengan berakhirnya zaman es.
Namun, jika lokasi Atlantis ternyata di Indonesia bukan tidak mungkin nenek moyang indonesialah keturunan langsung dari bangsa Atlantis. Pada buku Oppenheimer dengan percaya diri menyatakan bahwa Sundaland adalah “The Lost Atlantis”. Bangsa-bangsa Eurasia adalah keturunan dari penduduk sundaland yang bermigrasi karena banjir yang menenggelamkan tanah mereka. Hipotesis ini dibangun berdasarkan penelitian atas geologi, arkeologi, denetika, linguistic, dan Folklor.
Buku lain yang  ditulis oleh Oppenheimer berjudul Out Of Eden: the Peopling of the Word (2004). Buku ini mengangkat topik sejarah persebaran dan penghunian semua daratan di Bumi oleh manusia modern berdasarkan analisis DNA pada semua bangsa.
Read more →